Dewasa ini para hacker selalu menjadi sasaran tudingan jika terjadi
tindak kriminal lewat komputer, padahal pada awalnya istilah hacker
digunakan untuk orang yang jempolan dalam pemrograman komputer. Mengapa
perubahan makna itu terjadi?
PERNAH SUATU KETIKA pada tanggal 10 Agustus 2001 sebuah media massa
online memberitakan mengenai hacker yang membobol dan mendeface
(mengubah isi maupun tata letak) beberapa situs di Internet dan
memasang foto Tommy Soeharto di situs tersebut. Menurut media massa
tersebut, aksi hacker itu merupakan bantuan untuk menyebarluaskan dan
menangkap Tommy Soeharto. Pada halaman yang di-deface tersebut,
tertulis juga pesan ‘Hacked and deface not only a crime. This person is
#1 criminal in our country.’
Kemudian belum lama berselang, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2001,
beberapa perusahaan dotcom menyelenggarakan sebuah acara bertajuk
HackersNight, di sebuah kafé di bilangan Jakarta Selatan. Acara Hackers
Night tersebut merupakan acara bulanan yang sudah mencapai putaran ke
12 di Jakarta. Acara partyparty ala pebisnis dotcom tersebut juga
dilangsungkan di Bandung dan Surabaya, dan sudah tentu dilaksanakan di
sebuah café pula. Acara yang dilangsungkan hingga larut malam tersebut
banyak menyajikan aneka hiburan, musik yang keras dan setumpuk hadiah
dari para sponsor. Bagi orang awam, kedua informasi tersebut tidak
menunjukkan kejanggalan apa pun. Toh memang akhirnya terminologi hacker
bagi orang awam tidak mempunyai banyak arti dan tidak berpengaruh
banyak dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tetapi bagi pelaku dan
pemain industri teknologi informasi (TI), atau setidaknya bagi
pemerhati dan pecinta TI, penggunaan kata hacker untuk dua contoh kasus
tersebut di atas bisa menjadi suatu diskusi yang panjang. Ada
pertanyaan yang paling mendasar: “Sudah tepatkah penggunaan kata hacker
tersebut?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita
memahami terminologi hacker lebih jauh.
0 komentar:
Post a Comment